Pada saat KKN, aku ditempatkan di suatu rumah di pedesaan bersama satu temanku dan juga sepasang orang tua asuh. Mereka sudah sepuh, hidup berdua sendiri. Entah mengapa mereka sendiri, kenapa tidak ada anaknya yang menemani. Mungkin mereka tidak punya anak atau anaknya sedang bekerja di tempat yang jauh. Di lingkungan ini, tetangga hidup di tempat yang agak jauh sehingga tidak ada orang yang dapat membantu orang tua tersebut secara langsung kecuali kami yang kedapatan KKN di sana.
Tugas KKN kami hanyalah membantu orang tua tersebut. Hari demi hari kami jalani dengan membenarkan peralatan alsintan (alat dan mesin pertanian) beserta peralatan rumah tangga milik mereka sembari mengobrol dengan mereka di rumahnya. Kami beruntung karena kami tidak perlu berpindah tempat dan bisa langsung bertugas di dalam rumah mereka.
Suatu malam pada saat temanku sudah tidur, aku termenung diam memikirkan apa yang akan terjadi pada saat kami pergi pulang KKN nanti. Mungkin mereka memang tidak punya anak karena kami tidak pernah melihat adanya komunikasi telepon dengan anak mereka selama kami berada di sana. Setiap hari selama KKN, kami selalu mengobrol dengan mereka bertukar pengalaman, merasa sementara menjadi anak kandung mereka. Pasti rumah ini akan menjadi sepi kembali, pikirku. Tega sekali kami akan meninggalkan mereka sendirian lagi nanti, pikirku. Aku juga berpikir apakah teman KKN ku di sini atau di tempat yang lain juga merasakan hal yang sama. Siapa yang akan mengajak ngobrol mereka, siapa yang dapat memperbaiki peralatan mereka pada saat kami pulang nanti. Aku hanya bisa termenung menangis memikirkan bahwa rumah ini akan menjadi sepi kembali pada saat kami pergi nanti.
Komentar
Posting Komentar