Langsung ke konten utama

Bukan Cerita KKN

Pada saat KKN, aku ditempatkan di suatu rumah di pedesaan bersama satu temanku dan juga sepasang orang tua asuh. Mereka sudah sepuh, hidup berdua sendiri. Entah mengapa mereka sendiri, kenapa tidak ada anaknya yang menemani. Mungkin mereka tidak punya anak atau anaknya sedang bekerja di tempat yang jauh. Di lingkungan ini, tetangga hidup di tempat yang agak jauh sehingga tidak ada orang yang dapat membantu orang tua tersebut secara langsung kecuali kami yang kedapatan KKN di sana.

Tugas KKN kami hanyalah membantu orang tua tersebut. Hari demi hari kami jalani dengan membenarkan peralatan alsintan (alat dan mesin pertanian) beserta peralatan rumah tangga milik mereka sembari mengobrol dengan mereka di rumahnya. Kami beruntung karena kami tidak perlu berpindah tempat dan bisa langsung bertugas di dalam rumah mereka.

Suatu malam pada saat temanku sudah tidur, aku termenung diam memikirkan apa yang akan terjadi pada saat kami pergi pulang KKN nanti. Mungkin mereka memang tidak punya anak karena kami tidak pernah melihat adanya komunikasi telepon dengan anak mereka selama kami berada di sana. Setiap hari selama KKN, kami selalu mengobrol dengan mereka bertukar pengalaman, merasa sementara menjadi anak kandung mereka. Pasti rumah ini akan menjadi sepi kembali, pikirku. Tega sekali kami akan meninggalkan mereka sendirian lagi nanti, pikirku. Aku juga berpikir apakah teman KKN ku di sini atau di tempat yang lain juga merasakan hal yang sama. Siapa yang akan mengajak ngobrol mereka, siapa yang dapat memperbaiki peralatan mereka pada saat kami pulang nanti. Aku hanya bisa termenung menangis memikirkan bahwa rumah ini akan menjadi sepi kembali pada saat kami pergi nanti.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Belajar Bahasa Asing (Part 1): Dekati Realita Jauhi Abstraksi

Kadang ada teman yang bertanya tentang bagaimana caraku belajar bahasa asing. Sering kali kujawab spontan tapi selang beberapa jam berlalu ada saja hal yang teringat seharusnya kukatakan tapi lupa kukatakan pada saat menjawabnya. Artikel kali ini membahas tentang jawabanku untuk teman yang bertanya "gimana sih kamu belajar bahasa itu?" (meskipun mungkin niatnya cuma untuk small talk ). Hal ini aku lihat berlaku untuk hampir semua bahasa yang kupelajari (saat ini ada sekitar tiga bahasa asing yang sedang kuseriusi: Inggris, Jepang, Arab). Simak penjelasan berikut yak! Dekati realita (jauhi abstraksi) Pada saat belajar bahasa asing untuk pertama kalinya, banyak orang yang menggunakan translasi untuk mempelajari hal tersebut, misalnya "'cat' artinya 'kucing'". Tidak sepenuhnya salah, tetapi yang dikhawatirkan pada saat seseorang menggunakan teknik ini adalah mereka akan terpaku ke abstraksi bahasa perantaranya. Pertama-tama, kita harus mengerti untuk ap...

Cerita Dapat Kerja di Startup Luar

Artikel ini kubuat karena ada beberapa teman yang tanya tentang hal ini supaya lebih detail aja penjelasannya daripada ditulis di WhatsApp. Gimana kok bisa dapat kerjaan dari perusahaan luar? Kok bisa perusahaan percaya sama kamu? dan lain-lain. Bagian hikmah ada di bagian paling bawah. Cerita dimulai dari awal Agustus tahun 2022. Waktu itu karena ada keperluan untuk membantu ekonomi keluarga, sambil kuliah aku coba cari-cari penghasilan tambahan. Sebenarnya di waktu yang sama, sempat magang juga di komunitas open source di US, tapi waktu itu aku ngajuinnya kerja sukarela karena magang tersebut hanya untuk keperluan memenuhi kredit matakuliah. Lalu kucoba cari penghasilan tambahan yang cepat. Dulu sempat dapat lumayan dari AdSense blog dan channel YouTube semenjak masa SD akhir-SMP, tapi dari pengalaman, memang butuh waktu yang cukup lama dan kesabaran, tapi enaknya dari sini bisa dapat penghasilan pasif, dalam arti lain, meski ditinggal tidur sekalipun penghasilan tetap dapat. Pengh...

Umpama Ujian

Tidak ada namanya rezeki yang tertukar. Semuanya sudah ditulis. Sama juga dengan ujian. Tidak ada ujian yang tertukar. Yang dapat ujian paket A, ya dapat paket A. Terkadang aku berpikir tentang hidup ini sebagai sistem ujian paling sempurna. Kalau pernah main game competitive, pasti tahu apa itu matchmaking. Terkadang aku berpikir ini adalah sistem matchmaking paling sempurna. Sistem yang ujiannya selalu tepat sasaran. Dimana kita butuh perbaikan, di sana langsung kita diberikan ujian. Ujiannya juga tidak terlalu sulit maupun terlalu mudah, dalam kata lain seimbang. Ujiannya selalu menyesuaikan dengan tingkat kemampuan kita. Terkadang aku berpikir, rezeki yang diberikan kepada kita itu layaknya pulpen dan kertas pada saat kita mengerjakan ujian tulis. Kita harus mengerjakan ujian tersebut dengan menuliskan sesuatu pada kertas yang kosong. Kertas itu adalah waktu. Semua orang dapat jatah tinta pulpen dan lembaran kertasnya masing-masing. Ada yang dapat kertas banyak, dan tinta banyak. B...