Langsung ke konten utama

Cerita Dapat Kerja di Startup Luar

Artikel ini kubuat karena ada beberapa teman yang tanya tentang hal ini supaya lebih detail aja penjelasannya daripada ditulis di WhatsApp. Gimana kok bisa dapat kerjaan dari perusahaan luar? Kok bisa perusahaan percaya sama kamu? dan lain-lain. Bagian hikmah ada di bagian paling bawah.


Cerita dimulai dari awal Agustus tahun 2022. Waktu itu karena ada keperluan untuk membantu ekonomi keluarga, sambil kuliah aku coba cari-cari penghasilan tambahan. Sebenarnya di waktu yang sama, sempat magang juga di komunitas open source di US, tapi waktu itu aku ngajuinnya kerja sukarela karena magang tersebut hanya untuk keperluan memenuhi kredit matakuliah.

Lalu kucoba cari penghasilan tambahan yang cepat. Dulu sempat dapat lumayan dari AdSense blog dan channel YouTube semenjak masa SD akhir-SMP, tapi dari pengalaman, memang butuh waktu yang cukup lama dan kesabaran, tapi enaknya dari sini bisa dapat penghasilan pasif, dalam arti lain, meski ditinggal tidur sekalipun penghasilan tetap dapat. Penghasilan tipe seperti ini lebih sering kusebut penghasilan dengan jeda tinggi, dalam arti lain, pas kita buat konten, kita ngga langsung dapat hasilnya, mungkin baru 6 bulan ke depan kita baru dapat hasilnya, tapi kalau kita ngga buat konten lagi, pendapatan ngga akan langsung turun mungkin baru setelah 6 bulan ke depan penghasilan kita turun drastis.

Waktu itu aku butuh tipe penghasilan yang jedanya rendah. Nggapapa ngerjain proyek besar, yang penting bisa bantu ekonomi keluarga. Dengar-dengar, katanya freelance bisa dapat lumayan apalagi dari negara luar. Ini masuk akal karena perbedaan nilai kurs yang mungkin 200 USD di luar cuma bisa buat biaya hidup beberapa hari, di sini bisa buat biaya hidup kos selama sebulan. Cuma waktu itu pandanganku terhadap freelance dari dulu rada kurang baik karena kita ngga ada perantara manajer, jadi yang harus komunikasi sama klien dan negosiasi mau nggamau ya harus diri kita sendiri. Bisa-bisa klien minta buatin roket ngga tuh.

Dalam pikiranku waktu itu "kalau belum dicoba, kita belum pasti tau". Yaudah langsung gas aja cari platform freelance. Yang ku sering dengar orang pakai waktu itu Fiverr, cuma entah kenapa aku rada kurang cocok dan bingung buat pakai platformnya. Setelah baca-baca artikel, ketemulah sama platform yang namanya Upwork. Lalu semenjak itu, langsung daftar dan menurutku platformnya lumayan intuitif dan gampang dipakai (btw artikel ini ngga disponsorin yak). 

Job pertama

Karena ngga pernah ngambil job sebelumnya, profil upwork masih kosong. Cara kerja Upwork waktu itu klien open lelang proyek, kita ngajuin profil kita dan harga yang kita tawarkan. Buat memperbesar kemungkinan proposalku diterima, waktu itu aku mikir buat ngajuin harga lelang serendah-rendahnya dan juga cuma apply ke pekerjaan yang emang aku bisa lakuin. Waktu itu banyak banget proyek kecil Python yang open, aku sertain profil GitHub sama deskripsi tentang pengalamanku udah sampai mana mengenai topik proyeknya, terus apply. Mungkin sampai sepuluh lebih kuapply waktu itu, alhamdulillah ada yang masuk satu.

Waktu itu topiknya Streamlit, kalau aku liat-liat kliennya dari Singapura, dia mau coba ngehost streamlit, tapi ada problem, nah proyeknya adalah menyelesaikan problem itu. Awalnya aku kira bahwa problemnya itu cuma di script Pythonnya, ternyata setelah kutanya lebih lanjut ternyata lebih ke masalah deployment ke Google Cloud Platform nya. Waktu itu jujur aku sendiri jarang banget pakai cloud, paling mentok-mentok cuma pakai layanan VPS-nya. Aku jelasin ke klien bahwa ternyata masalahnya bukan di script Pythonnya, lebih ke deployment di GCP nya, aku jelasin aku bisa bantu tapi pengalamanku ngga begitu banyak di cloud. Alhamdulillah ketemu solusi di dokumentasi GCP-nya, akhirnya kerjaanku cuma ngarahin klienku ke dokumentasi yang relevan buat nyelesain problemnya. Aku ngga berharap dibayar waktu itu karena memang ngga sesuai kontrak, tapi kliennya baik banget waktu itu ngasih sebagian dari bayaran yang aku ajuin di proposal, katanya biar fair aja. Alhamdulillah.

Job kedua dan keluar dari Upwork

Setelah job pertama selesai, langsung cari-cari lagi proyek yang sekiraku menarik. Kalau selesainya dua jam per-proyek kan lumayan, seengganya bisa bantu buat bayar uang kos bulanan atau uang makan. Masih dengan strategi yang sama karena tujuanku waktu itu bukan nyari uang dulu, tapi lebih bangun profil upwork karena aku baru buat akun di situ, aku tetep ajuin harga lelang yang cukup rendah.

Tiba-tiba ada satu yang acc proposal dan langsung diajak Zoom meeting sama kliennya. Sebelumnya udah kukirim profil GitHubku. Topiknya waktu "StackGuardian first screening" dan waktunya cuma 10 menit. Sempat gerogi juga buat nerima tawaran meeting karena aku sadar bahasa Inggrisku terutama speaking ngga bagus-bagus amat. Prinsipku dari sebelum kuliah sampai sekarang selalu hasbunallah wa ni'mal wakil, apapun yang terjadi itu yang terbaik buat kita, dari semua posibilitas yang bisa terjadi toh akhirnya kita dapat pengalaman juga. Pas meeting, kalau ngga salah waktu itu kenalan dulu tentang background dkk, terus langsung ditawarin kerja full-time. Rada kaget juga waktu itu, kukira bakal ngerjain problem ini aja ternyata diajak kerja di startupnya. Karena waktu itu lagi kuliah juga, aku nolak dengan halus karena waktu kerjanya pasti ngga bisa kupenuhi. Ternyata startupnya juga ngepas banget lagi buka posisi magang buat mahasiswa dan waktunya fleksibel (jujur nangis saat itu karena doa yang kusebut-sebut akhirnya terkabul di saat yang paling ngga terduga). Lah, terus kutanya, problem yang mau diselesein di upwork jadinya gimana? Ternyata itu nanti jadi task pertama buat pas magang nanti dan dijelasin secara singkat.

Setelah itu ditawarin interview lanjutan buat coding test dan beberapa pertanyaan teknis lewat meeting di minggu berikutnya. Meskipun dengan grammar yang bisa dibilang agak belepotan karena ngga terbiasa ngomong bahasa Inggris secara langsung, seengganya aku ngerasa esensi dari semua jawabannya tersampaikan. Alhamdulillah, minggu berikutnya ada tawaran buat magang dan disuruh tanda tangan dan kirim beberapa dokumen.

Udah hampir dua tahun kerja

Kalau dihitung udah dua tahun kurang empat bulan kerja di startup ini. Alhamdulillah bisa belajar, kontribusi dan ketemu banyak orang dari banyak background. Jadi tau gimana culture tempat kerja startup yang agile gimana dan seberapa cepatnya mereka kerja. Kalau boleh dibandingin sama kebiasaanku yang sebelumnya cuma kontribusi di proyek open source, yang ini cepat banget si. Analoginya kalau di open source paling satu atau dua bulan baru rilis versi, yang ini satu minggu aja udah rilis, kadang-kadang kalau ada bug bisa mungkin setiap hari rilis versi baru. Meskipun statusnya masih "internship", udah kerasa banget tanggung jawabnya karena jadi salah satu orang yang diamanahi beberapa fitur, kalau fitur itu ada bug, bakal langsung kerasa impactnya di tim sales dan aku yang harus langsung terjun buat bikin patch bug tersebut karena kami punya prinsip pelayanan customer nomor satu meskipun mungkin lagi fokus ngerjain sesuatu yang prioritasnya tinggi di waktu yang bersamaan.

Kerja WFA (work from anywhere), dapet gaji Eropa dari Indonesia mungkin jadi impian beberapa orang. Tapi kalau boleh bilang, semua ngga ada yang sempurna. Pasti ada plus minusnya. Plusnya mungkin banyak yang udah tau, entah itu fleksibel, ngga perlu berangkat ke kantor, bangun tidur juga bisa langsung rapat, dll. Minusnya kalau boleh bilang salah satunya lebih ke arah manajemen konsentrasi yang lebih sulit karena ngga ada tempat kerja yang konsisten kayak kantor yang bisa membuat kita fokus di pekerjaan. Distraksi menjadi salah satu ujian utama kerja tipe WFA. Apalagi ngga ada temen kerja yang duduk di samping kita yang bisa diajak ngobrol atau cerita (seringnya ngobrol atau cerita pas rapat di Zoom wkwk). Juga perbedaan budaya dan agama yang juga menjadi ujian untuk saling toleransi antar satu sama lain dan ujian keimanan.

Abaikan bir karena minuman favoritku di sini adalah "Bisleri" (Company offsite 2023 @ Goa, India)

Tipe perusahaan yang all-remote, menjadi salah satu yang lagi tren terutama di perusahaan teknologi startup. Tipikal perusahaan yang satu ini biasanya mereka punya kantor, tapi cuma buat administrasi di satu negara, sedangkan semua anggotanya kerja dari jarak jauh. Jadi bisa di dalam satu perusahaan anggotanya punya timezone yang beda-beda karena hidup di negara yang berbeda pula. Salah satu kegiatan yang wajib di tipikal perusahaan seperti ini adalah company offsite, dalam kata lain "coba yuk kita bonding, ketemuan di satu tempat, kenalan dan ngobrol satu sama lain".

Hikmah

Setiap cerita pasti akan selalu ada hikmahnya meskipun kita belum dapat melihat semua hikmahnya. Beberapanya yang aku dapat yaitu:

  • Tuhan akan selalu memberikan pertolongan bahkan dari hal yang kita tidak duga
    • karena itu jangan pernah menyerah, tugas kita hanya ikhtiar, Tuhan yang akan memberikan jalannya
    • QS 94: 5-6
    • Ini kudapat dari cerita upwork, yang awalnya kukira bakal kubuat cari kerja freelance selama setahun lebih ternyata dapat role founding engineer di suatu startup di job kedua
  • Di dalam berkat ada ujian, dan di dalam ujian ada berkat
    • Jujur menurutku ada kalimat yang bisa lebih baik dalam merepresentasikan hal yang ingin aku sampaikan di poin ini karena menurutku ujian itu adalah berkat. Mungkin lebih ke di dalam kebaikan ada keburukan? Keburukan juga kata yang ngga cocok..
    • Intinya, saat masuk kerja, udah bersyukur tuh, tapi kita akan diuji terus, entah itu dalam keamanahan dan kejujuran kita saat kerja. Atau pas ketemu offsite karena jadi minoritas, keimanan bakal diuji banget, apakah kita milih minumnya bisleri atau alkohol karena ngikutin yang lain? apakah kita jadi ngga sholat karena memang ngga ada yang muslim kecuali diri kita?
    • Udah dapet gaji yang lumayan, nanti bakal diuji lagi. Apakah uangnya malah dibuat hal yang sebenernya ngga perlu? apakah kelebihan uangnya dikasih ke orang yang di sekitar kita yang ngga mampu? ditabung? atau malah kita abisin semuanya buat diri kita sendiri?
    • Hal ini aku percaya pasti bakal ada di semua cerita kehidupan
  • Mayoritas hal yang kita pikirkan ngga semuanya benar dalam realitanya
    • Kalau tadinya aku selalu mikir bahwa freelance itu kliennya selalu ngelunjak, mungkin aku ngga akan coba mulai cari kerjaan freelance saat itu
    • Pernah denger ceritanya Steve Jobs? Pas umurnya 12 tahun dia manggil co-founder-nya perusahaan Hewlett-Packard via telepon dengan tujuan untuk minta beberapa barang elektronik sisa buat ngerjain proyek pribadinya. Mungkin beberapa orang bakal ngira, apaan si ini anak ngga jelas, dan pasti langsung teleponnya ditutup. Tapi nyatanya dia malah ditawari magang di perusahaan HP pada kala itu.

Buat teman-teman yang mungkin pas baca ini minat untuk mengikuti jalan yang sama atau mirip, tetap semangat. Selalu lihat kekurangan yang pasti selalu ada di diri kita semua dan selalu perbaiki diri hari demi hari. Perluas relasi karena aku liat di dunia bisnis mereka yang pintar dalam mengembangkan bisnis mereka adalah yang punya relasi luas, hal ini berlaku juga buat kita yang ingin mencoba kerja dulu di suatu perusahaan, makanya banyak orang yang bilang "orang dalam" itu kunci masuk perusahaan. Mungkin rasanya ngga adil, tapi kalo dilihat komunitas seperti KawalPemilu.org, Gus Ainun Najib pernah ngomong bahwa mereka cuma ngambil voluntir dari "orang dalam" karena memang mereka sudah kenal karakteristik orangnya sehingga bisa jauh lebih diamanahi dibandingkan orang yang belum kenal sama sekali. Akhir kata, semoga sukses, aku sendiri masih belajar dan memperbaiki diri. Semoga bermanfaat.

“Dari Abu Hurairah ra. berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Barangsiapa yang senang diperluas rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ber-shilah al-rahim.” (HR. Bukhari) (Muttafaq Alaih)

Wallahu a'lam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nekat Ambil IELTS Academic

Suatu hari, aku dapat info dari temen kalo ada kesempatan research intern di luar. Sempet tertarik kayak biasanya, aku buka infonya, ternyata butuh syarat IELTS minimal 6.5. Dilihat-lihat tanggal pendaftaran akhirnya tinggal sekitar dua minggu lagi. Belum juga IELTS juga butuh waktu buat dapat sertifikatnya, sama belajarnya. Dulu sempet denger kalo sertifikasi bahasa Inggris hasilnya baru dapat setelah 1 bulanan. Ada pikiran waktu itu yang ngomong "Kayaknya waktunya ngga cukup", tapi selang beberapa lama kemudian ada pikiran lagi yang ngomong "Kalo semua hal di dunia ini gampang, pasti semua orang bakal sukses dong". Lanjut, baca-baca tentang IELTS. Ternyata yang computer based dia bisa dapat hasil dengan waktu yang lebih cepat, sekitar tiga sampai lima hari setelah tes berlangsung. Melihat saldo tabungan waktu itu alhamdulillah masih cukup (biaya IELTS waktu itu Rp.3.150.000 termasuk pajak). Pada hari itu juga langsung booking tes IELTS di Jogja (yang tempatnya di ...

Cara Belajar Bahasa Asing (Part 1): Dekati Realita Jauhi Abstraksi

Kadang ada teman yang bertanya tentang bagaimana caraku belajar bahasa asing. Sering kali kujawab spontan tapi selang beberapa jam berlalu ada saja hal yang teringat seharusnya kukatakan tapi lupa kukatakan pada saat menjawabnya. Artikel kali ini membahas tentang jawabanku untuk teman yang bertanya "gimana sih kamu belajar bahasa itu?" (meskipun mungkin niatnya cuma untuk small talk ). Hal ini aku lihat berlaku untuk hampir semua bahasa yang kupelajari (saat ini ada sekitar tiga bahasa asing yang sedang kuseriusi: Inggris, Jepang, Arab). Simak penjelasan berikut yak! Dekati realita (jauhi abstraksi) Pada saat belajar bahasa asing untuk pertama kalinya, banyak orang yang menggunakan translasi untuk mempelajari hal tersebut, misalnya "'cat' artinya 'kucing'". Tidak sepenuhnya salah, tetapi yang dikhawatirkan pada saat seseorang menggunakan teknik ini adalah mereka akan terpaku ke abstraksi bahasa perantaranya. Pertama-tama, kita harus mengerti untuk ap...