Langsung ke konten utama

Dunia Sekarang Bukan Lagi Dunia Hakiki Melainkan Dunia Pencitraan

Sambil mengisi waktu luang sebentar, barusan kepikiran tentang ucapan Mas Eko S. Wibowo di acara Meetup Python Jogja X Universitas Nadhlatul Ulama. Jadi singkatnya, Mas Izza yang duduk di sampingku bertanya tentang bagaimana caranya untuk menjadi remote worker di bidang teknologi namun masih belum punya portofolio apapun karena Mas Izza sendiri kuliahnya bukan dari background teknologi. Pada saat Mas Eko menjawab, ada kalimat yang jujur jadi highlight dari pikiranku yaitu "dunia sekarang bukan lagi dunia hakiki, melainkan dunia pencitraan".

Eksistensi dunia maya

Jadi jawaban panjangnya begini. Mas Eko menyarankan untuk memulai dengan membuat website berniche AI (karena Mas Izza ingin kerja di bidang AI Engineer), katakanlah dengan nama aixpert.id, nanti di situ isi artikel yang banyak tentang tutorial AI, tetapi dengan satu poin penting yaitu: jangan sebutkan kalau kamu baru belajar AI. "Kan orang-orang yang baca toh ngga perlu tahu juga kalau kamu baru belajar AI, yang penting adalah kontennya", "mereka akan otomatis berasumsi kalau kamu itu AI expert karena dari konten dan nama websitenya yang seperti itu". Lalu lanjut "Ibaratkan seperti orang kampanye politik, mereka di situ pasti akan banyak pencitraan, tapi apakah mereka pernah berpengalaman dalam membuat program kerja yang mereka janjikan, banyak yang ngga kan? Tapi mereka tetap percaya diri aja dalam membangun citra mereka". Dalam perumpamaan itu kita jadi tahu bahwa pencitraan lebih sering dilihat daripada aktualnya.

Percaya diri dalam berkomunikasi bahasa Inggris

Lalu lanjut, "Bahasa Inggris itu juga skill yang penting, tapi yang lebih penting adalah percaya diri dalam berbahasa Inggris daripada pandai dalam berbahasa Inggris." Menurutku itu juga benar karena orang yang pandai berbahasa Inggris belum tentu percaya diri dalam berbahasa Inggris, meskipun kepandaian tersebut bisa membuatnya percaya diri sih, tetapi faktanya tidak semua orang seperti itu. "Orang India, Filipina, Malaysia, mereka percaya diri berbahasa Inggris karena memang mereka dulu dijajah oleh bangsa Inggris, tetapi kalau dibandingkan dengan bahasa Inggrisnya orang Indonesia, sebenarnya ya sama-sama aja, masalahnya orang Indonesia itu ngga pede pas pakai bahasa Inggris".

Pencitraan vs skill asli

"Dunia sekarang bukan dunia hakiki, melainkan dunia pencitraan". Yang aku tangkap adalah, seberapa baguspun skill yang kita miliki kalau kita tidak mencitrakannya dengan baik maka orang juga tidak akan tahu skill yang kita miliki. Poin lain lagi yang aku cerna adalah pada saat kita mencitrakan diri kita, ada baiknya kalau hasil dari kegiatan tersebut juga bermanfaat bagi orang lain. Misal saat kita berbicara dengan orang lain, kalau kita yakin dengan apa yang kita ingat dan kita pikirkan, ya sampaikan saja dengan percaya diri, jangan terlalu sering menggunakan ungkapan "baru belajar" dengan niat untuk merendahkan diri, justru itu yang membuat pesan kita malah diabaikan padahal niat kita awalnya menyampaikan pesan kita agar dapat diterima oleh orang lain. Pada saat kita membuat project pun sama, buat project yang bermanfaat juga buat orang lain, setidaknya orang lain bisa belajar dari apa yang kita buat.

Niat intrinsik vs ekstrinsik

Hal yang selalu aku ingat adalah niat intrinsik selalu lebih baik dan lebih bertahan lama daripada niat ekstrinsik. Salah satu motto favoritku adalah Esse quam videri, yang kurang lebih berarti "To be, rather than to seem", atau "Esensi, daripada citra". Kaitannya dengan topik ini adalah niat utama kita jangan sampai untuk membangun citra (ekstrinsik), tetapi selalu untuk memperbaiki diri kita sendiri, nanti pasti citra akan mengikuti. Dalam ajaran Islam pun juga sering disebutkan kalau kita mengejar akhirat, dunia pasti akan mengikuti, namun tidak sebaliknya.

Ditambah lagi dengan semakin canggihnya sosial media dan semakin bertambah banyaknya orang yang menggunakan sosial media, peluang pencitraan pun semakin lebih mudah dan cakupannya semakin luas. Dengan lebih mudahnya melakukan pencitraan, mari kita buat pencitraan yang memang bermanfaat bagi diri kita dan orang lain. Jangan sampai kita salah menggunakan kesempatan ini dan pada akhirnya menjadi "senjata makan tuan" dengan membangun citra yang negatif.

Kesimpulan

Di dunia sekarang ini, melakukan pencitraan dan percaya diri merupakan hal yang cukup penting. Meskipun begitu, jangan sampai niat utama kita adalah pencitraan semata, melainkan selalu untuk memperbaiki diri kita dan memberikan manfaat bagi orang lain, citra atau apapun hasil luar itu (uang dan hal duniawi lainnya) akan mengikuti dengan sendirinya.

Mari kita refleksikan, sudahkah kita menggunakan kesempatan pencitraan ini dengan baik?

Wallahua'lam

And God knows best

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Belajar Bahasa Asing (Part 1): Dekati Realita Jauhi Abstraksi

Kadang ada teman yang bertanya tentang bagaimana caraku belajar bahasa asing. Sering kali kujawab spontan tapi selang beberapa jam berlalu ada saja hal yang teringat seharusnya kukatakan tapi lupa kukatakan pada saat menjawabnya. Artikel kali ini membahas tentang jawabanku untuk teman yang bertanya "gimana sih kamu belajar bahasa itu?" (meskipun mungkin niatnya cuma untuk small talk ). Hal ini aku lihat berlaku untuk hampir semua bahasa yang kupelajari (saat ini ada sekitar tiga bahasa asing yang sedang kuseriusi: Inggris, Jepang, Arab). Simak penjelasan berikut yak! Dekati realita (jauhi abstraksi) Pada saat belajar bahasa asing untuk pertama kalinya, banyak orang yang menggunakan translasi untuk mempelajari hal tersebut, misalnya "'cat' artinya 'kucing'". Tidak sepenuhnya salah, tetapi yang dikhawatirkan pada saat seseorang menggunakan teknik ini adalah mereka akan terpaku ke abstraksi bahasa perantaranya. Pertama-tama, kita harus mengerti untuk ap...

Cerita Dapat Kerja di Startup Luar

Artikel ini kubuat karena ada beberapa teman yang tanya tentang hal ini supaya lebih detail aja penjelasannya daripada ditulis di WhatsApp. Gimana kok bisa dapat kerjaan dari perusahaan luar? Kok bisa perusahaan percaya sama kamu? dan lain-lain. Bagian hikmah ada di bagian paling bawah. Cerita dimulai dari awal Agustus tahun 2022. Waktu itu karena ada keperluan untuk membantu ekonomi keluarga, sambil kuliah aku coba cari-cari penghasilan tambahan. Sebenarnya di waktu yang sama, sempat magang juga di komunitas open source di US, tapi waktu itu aku ngajuinnya kerja sukarela karena magang tersebut hanya untuk keperluan memenuhi kredit matakuliah. Lalu kucoba cari penghasilan tambahan yang cepat. Dulu sempat dapat lumayan dari AdSense blog dan channel YouTube semenjak masa SD akhir-SMP, tapi dari pengalaman, memang butuh waktu yang cukup lama dan kesabaran, tapi enaknya dari sini bisa dapat penghasilan pasif, dalam arti lain, meski ditinggal tidur sekalipun penghasilan tetap dapat. Pengh...

Umpama Ujian

Tidak ada namanya rezeki yang tertukar. Semuanya sudah ditulis. Sama juga dengan ujian. Tidak ada ujian yang tertukar. Yang dapat ujian paket A, ya dapat paket A. Terkadang aku berpikir tentang hidup ini sebagai sistem ujian paling sempurna. Kalau pernah main game competitive, pasti tahu apa itu matchmaking. Terkadang aku berpikir ini adalah sistem matchmaking paling sempurna. Sistem yang ujiannya selalu tepat sasaran. Dimana kita butuh perbaikan, di sana langsung kita diberikan ujian. Ujiannya juga tidak terlalu sulit maupun terlalu mudah, dalam kata lain seimbang. Ujiannya selalu menyesuaikan dengan tingkat kemampuan kita. Terkadang aku berpikir, rezeki yang diberikan kepada kita itu layaknya pulpen dan kertas pada saat kita mengerjakan ujian tulis. Kita harus mengerjakan ujian tersebut dengan menuliskan sesuatu pada kertas yang kosong. Kertas itu adalah waktu. Semua orang dapat jatah tinta pulpen dan lembaran kertasnya masing-masing. Ada yang dapat kertas banyak, dan tinta banyak. B...